JAKARTA, JURNALISTINDONESIA.COM — Mendekati peringatan G30 S, Mahfud MD menyambangi Praha yang menjadi salah satu negara tempat para mahasiswa Indonesia di tahun 1965 dibuang dan tidak bisa kembali ke Indonesia.
Di Praha, Mahfud MD bertemu dengan para eks mahasiswa Ikatan Dinas (Mahid) yang tinggal di Ceko.
Kata Mahfud MD, meski tidak sebanyak di Belanda, namun eks Mahid disini juga merupakan mantan mahasiswa yang terdampak peristiwa ’65, ketika pergantian Orde Lama ke Orde Baru.
Di Ceko, ada 14 WNI yang tidak bisa pulang ke Indonesia karena peristiwa politik di 1965.
“Pak Sis, pak Karsidi, pak Roni, pak Daud Hakim dkk ini juga merupakan bagian yg terdampak dalam kasus pelanggaran HAM berat peristiwa ’65. Di Ceko terdapat 14 orang. Mereka telah menjadi WN Ceko,” jelas Mahfud MD. Rabu, ( 30 / 08/2023 )
Bertemu dengan para putra bangsa yang sempat terbuang puluhan tahun Mahfud MD dan Menkumham Yasonna Laoly mengaku terharu.
Pasalnya, selama puluhan tahun eks mahasiswa tersebut hidup di negeri orang tanpa adanya status kewarganegaraan.
“Saya dan pak Yasonna terharu mendengar cerita Eks Mahasiswa Ikatan Dinas yang selama puluhan tahun sempat tidak memiliki kewarganegaraan,” jelas Mahfud MD.
Maka dari itu, Mahfud MD mengaku senang bisa menyampaikan kabar untuk mereka bahwa hak konstitusional, hak hukum, dan hak politik mereka sebagai warga negara sudah dipulihkan oleh pemerintah.
Momen haru semakin terasa saat Mahfud MD dan para eks mahasiswa tersebut menyanyikan lagu kebangsaan berjudul syukur.
“Salah satu Eks Mahid pak Hartoni Ubes, di akhir pertemuan bersama korban peristiwa 65 di Praha, mengusulkan menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama. Kami menyanyikan lagu syukur dengan penuh khidmat,” kata Mahfud.
( Wartakota / Red )